MAKALAH
BUDIDAYA
TANAMAN
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Budidaya Tanaman
Dosen Pengampu: Paramita Maris, M.Si
Disusun Oleh:
NURUL FIKRI
A420100018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, Segala Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Budidaya Tanaman dengan lancar.
Banyak hal yang dihadapi dalam penyusunan Makalah Budidaya Tanaman, dimana semua hal tersebut memberi warna tersendiri
dalam perjuangan mencapai penyelesaian makalah ini. Semua halangan akhirnya dapat dihadapi
berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu
saya mengucap terimakasih kepada Rekan-rekan yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis dengan
senang hati siap menerima saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki
kekurangan pada waktu yang akan datang.
Surakarta, Juni 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................
1
Tujuan.............................................................................................
2
KEGIATAN
OBSERVASI
..... Penyemaian.....................................................................................
..... Cangkok..........................................................................................
..... Stek.................................................................................................
..... Grafting...........................................................................................
..... Bonsai.............................................................................................
..... Hortikultura.....................................................................................
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Keperluan akan bahan pangan
senantiasa menjadi permasalahan yang tidak putus-putusnya. Kekurangan pangan
seolah olah sudah menjadi persoalan akrab dengan manusia. Kegiatan pertanian
yang meliputi budaya bercocok tanam merupakan kebudayaan manusia paling tua.
Sejalan dengan peningkatan
peradaban manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang menjadi berbagai
sistem. Mulai dari sistem yang paling sederhana sampai sistem yang canggih.
Berbagai teknologi budidaya dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan.
Istilah teknik budidaya tanaman
diturunkan dari pengertian kata-kata teknik, budidaya, dan tanaman. Teknik
memiliki arti pengetahuan atau kepandaian membuat sesuatu, sedangkan budidaya
bermakna usaha yang memberikan hasil. Kata tanaman merujuk pada pengertian
tumbuh-tumbuhan yang diusahakan manusia, yang biasanya telah melampaui proses
domestikasi.
Teknik budidaya tanaman adalah
proses menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan
memanfaatkan sumber daya tumbuhan. Cakupan obyek budidaya tanaman
meliputi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.
2.
Tujuan
Tujuan dari budidaya tanaman adalah :
a.
Untuk
mengetahui pengaruh iklim terhadap budidaya tanaman.
b.
Untuk
mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap budidaya tanaman.
c.
Untuk
mengetahui pengaruh kesesuaian lahan terhadap budidaya tanaman.
d.
Untuk
mengetahui pengaruh permintaan pasar terhadap budidaya tanaman
KEGIATAN OBSERVASI
A.
Penyemaian
1.
Tujuan
Penyemaian
Untuk mendapatkan bibit tanaman yang sehat, sehingga apabila di
pindahkan tidak setres / stagnasi disamping itu dengan penyemaian akan
diperoleh keseragaman tanaman dan pertumbuhan tanaman yang kompak sehingga
produksi yang diharapkan dapat tercapai. Selain itu Untuk memperoleh bibit yang bermutu tinggi
dalam jumlah yang memadai dan tepat waktu untuk ditanam di lapangan.
2.
Aspek Penyemaian
a.
Aspek
Teknis
1)
Letak persemaian
2)
Luas persemaian
3)
Jalan angkutan
b.
Aspek
Fisik
1)
Ketersediaan air
2)
Media tumbuh
3)
Topografi/kelerengan
c.
Aspek Tenaga Kerja
d.
Bahan / Material
3.
Perencanaan Persemaian:
a.
Tipe/Jenis Persemaian
b.
Lokasi Persemaian
c.
Peralatan Dan Tenaga Kerja
d.
Tata Waktu
4.
Hal yang
dipersiapkan:
a.
Kayu berbagai ukuran, untuk kontruksi bedeng
b.
Paku berbagai ukuran
c.
Paranet/jalinan rumbia, untuk naungan
d.
Alat pertukangan
e.
Tenaga kerja
5.
Langkah-langkah
melakukan persiapan persemaian:
a.
Bedengan
Bedengan adalah tempat bersekat, berukuran
tertentu, dan berfungsi untuk menampung bibit dan memeliharanya hingga siap
tanam. Bedeng sapih idealnya dilengkapi dengan naungan.
b.
Naungan
Naungan berfungsi untuk melindungi bibit dari
sengatan matahari secara langsung. Dengan demikian, bibit akan dapat tumbuh
dengan baik. Namun bila bibit akan ditanam, naungan ini harus dikurangi/
dihilangkan.
c.
Gudang
Gudang berfungsi untuk menyimpan alat dan
bahan yang diperlukan seperti pupuk, polibag, gerobak sorong dll.
6.
Peralatan dan bahan yang harus ada di
persemaian adalah sebagai berikut:
a.
Alat penyiram
b.
Gerobak sorong
c.
Cangkul
d.
Parang
e.
Gunting stek
f.
Pupuk
kandang
g.
Air
h.
Tanah
i.
Bibit
7.
Penggadaan
bibit
a.
Pengadaan Benih
1)
Biji dikumpulkan dari pohon induk yang
fenotipnya bagus.
2)
Melakukan seleksi biji dengan memilih biji
yang baik.
3)
Benih yang dipilih bermutu baik.
4)
Pembelian benih yang bersertifikat
b. Persiapan Media Semai
1)
Media yang dipakai memiliki sifat fisik dan
kimia tanah yang baik dan bebas penyakit.
2)
Campuran media persemaian adalah top soil,
gambut dan sekam
3)
Bibit
dengan
perbandingan 3 ; 2 ; 1
4)
Sterelisasi media persemaian dengan
penyemprotan fungisida.
c. Penyemaian Benih
1)
Penyiraman media semai dengan air sebelum
dilakukan penaburan atau penyapihan.
2)
Penyemaian benih pada bedeng tabur yang telah
diisi media semai.
3)
Penyemaian langsung pada polibag yang telah
diisi media semai.
d. Pemeliharaan Bibit4.
Pemeliharaan bibit
1)
Pemberian naungan
2)
Penyiraman benih
3)
Pemupukan
4)
Pengendalian gulma.
5)
Pengendalian hama dan penyakit.
e. Pengangkutan bibit
1)
Penanaman dilakukan setelah bibit siap tanam
yaitu dengan tinggi ± 30 cm
2)
Pengangkutan bibit hendaknya menggunakan
kontainer yang terbuat dari kayu atau plastik
3)
Sebelum bibit diangkut perlu disiram
4)
Pengangkutan jarak jauh menggunakan kendaraan
tertutup.
8.
Media
semai yang digunakan terdiri dari:
a.
Tanah
Tanah yang digunakan sebaiknya kering, gembur dan seteril, bebas
dari bibit hama penyakit maupun bibit gulma. Tanah yang baik dapat diambil dari
pegunungan atau lapisan subsoil, disamping itu tanah yang berada di
rerumputan bambu cukup baik untuk media semai. Pelajari dulu jika Anda
belum benar - benar mengerti tentang pengertian
tanah
b.
Pupuk
kandang
Pupuk kandang untuk menambah kesuburan media semai perlu
ditambahkan pupuk kandang sebaiknya yang sudah kering dan halus sehingga lebih
mudah untuk dicampur dan dimasukan kedalam polybag
c.
Arang sekam
Arang sekam yang
terbuat dari sekam padi sangat baik sebagai campuran media semai, karena
mempunyai daya ikat air yang cukup baik sehingga bisa mengontrol keadaan air
didalam media semai. Selain itu arang sekam juga berfungsi untuk menyediakan
unsur fasfor dan kalium yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
d.
Bahan
lain (Sp36,Furadan)
Penggunaan pupuk Sp36 bersifat fleksibel karena pupuk ini hanya
sebagai pelengkap apabila dirasa unsur hara yang ada tidak cukup. Aplikasinya
Sp36 akan lebih baik jika dihaluskan terlebih dahulu agar betul-betul dapat
merata di dalam media tersebut.
Furadan: berfungsi untuk mencegah nematoda akar maupun hama lain
yang menyerang tanaman dipersemaian.
9.
Untuk
menyemai ada beberapa cara, antara lain :
a.
Cara
langsung
Caranya biji langsung dimaukan ke dalam polybag tanpa ada perlakuan
sebelumnya. Kelemahanya pertumbuhan tidak serempak dan daya tumbuhnya endah
yang dikarnakan kontrol suhu dan air sulit dilakukan.
b.
Cara
dikecambah
Biji derendam dalam air hangat selama kurang lebih 5 jam dengan
tujuan untuk melakukan kulit biji dan merangsang pertumbuhan akar lembaga.
Setelah direndam biji diperam dalam kertas atau kain basah dan di
simpan pada tempat yang hangat sehingga kurang lebih 24-36 jam berikutnya
keluar calon akar lembaga, kemudian di masukan kedalam polybag yang telah
dipersiapkan.
c.
Cara
menyemai di kotak semai
Sebelum di pindah ke polybag, biji di semai di kotak semai terlebih
dahulu. kelebihan dari sistem ini antara lain :
1)
Dapat
memilih tanaman yang pertumbuhannya baik
2)
Tanaman
lebih cepat beradaptasi di lahan
3)
Dapat
menghemat polybag
Cara Menyemai :
a.
Sediakan
kotak berlubang di bagian bawahnya yang terbuat dari plastik, kayu, atau bambu.
Untuk ukurannya bervareasi, 40x30cm atau 30x25cm, tinggi 5cm.
b.
Kotak
diisi media semai setinggi 2/3 bagian, kemudian dibuat alur dengan jarak 5-10
cm.
c.
Biji
dimasukan di alur tersebut dengan jarak di sesuaikan dengan besar kecilnya
biji, kemudian ditutup kembali dengan arang sekam atau media semai dan disiram
kembali hingga basah.
d.
Kotak
diletakan pada bedengan persemaian yang sudah dipersiapkan dan ditutup dengan
plastik biar hangat.
e.
Setelah
beberapa hari, biji mulai tumbuh. Saat tersebut penutup harus di buka agar
tidak rusak atau etiolasi. Jika media kering maka harus dilakukan penyiraman.
f.
Bibit
dapat di pindah ke polybag setelah pertumbuhan daun lambangnya penuh. Untuk
pemindahan sebaiknya dilakukan pada sore hari, agar bibit tidak terjadi strees,
setagnasi atau mati.
B.
Cangkok
1.
Pengertian
Cangkok
Mencangkok merupakan
salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk memperbanyak
tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat
menghasilkan. Selain itu, pohonnya juga tidak terlalu tinggi. Mencangkok
dilakukan dengan cara menguliti hingga bersih dan menghilangkan
kambium pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm pada tanaman dikotil
untuk kemudian dipindahkan ke dalam wadah lain saat akar telah tumbuh.
Pada saat mencangkok,
kambium pada cabang atau ranting harus dihilangkan agar kulit tidak terbentuk
kembali. Bila kulit terbentuk kembali, maka akar tidak akan dapat terbentuk.
Sebaliknya, jika lapisan cambium tersebut bersih, maka hasil fotosintesis akan
terkumpul di tempat cambium yang telah dibersihkan dan pertumbuhan akar dapat
terangsang dengan baik
2.
Alat
dan Bahan
a.
Alat
1)
Pisau
2)
Gunting
b.
Media Cangkok:
1)
Mos
2)
Bubuk sabut kelapa
3)
Kompos
4)
Pupuk kandang
c.
Pembalut Media
1)
Pelastik bening/Tabung bambu/Ijuk/sabut kelapa
2)
Tali raffia
3.
Keuntungan
dan Kerugian Mencangkok
a.
Keuntungan
1)
Tumbuhan
hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan ditanam dari
biji.
2)
Tumbuhan
yang dicangkok memiliki sifat yang sama
dengan induknya
3)
Tingkat
keberhasilan tinggi
4)
Produksi
dan kualitas buahnya sama dengan tanaman induknya.
b.
Kerugian
1)
Pada
musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering
2)
Tanaman
mudah roboh karena tidak berakar tunggang
3)
Pohon
indukan tajuknya menjadi rusak karena banyak batang yang dipotong
4.
Cara Pembuatan
a. Plih batang yang tidak terlalu tua ataupun
muda kira-kira 120 CM.
b. Kerat batang
dengan pisau dengan panjang 10 CM.
c. Hilangkan
kambium yang masih menempel dengan cara mengeriknya.
d. Keringkan getah
yang masih menempel (untuk tanaman tidak bergetah biasanya hanya memerlukan
waktu2-4hari,sedangkan tanaman bergetah biasanya memerlukan waktu2-3minggu).
e. Memberi ZPT
(zat perangsang tumbuh) dan pupuk.
f.
Kepal tanah dan balut pd batang.
g. Bungkus sayatan
yang telah dibalut tanah dengan pelastik bening/pembalut media
h. lain kemudian
ikat dengan tali raffia.
i.
Perawatan siram setiap hari.
C.
Stek
1.
Pengertian
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman
untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan
vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan
keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif
buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan
jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru
terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman
yang masih bertahan. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh
terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman
baru yang true to name dan true to type. Regenerasi akar dan
pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor
ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi
akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh.
Penyetekan
dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa
bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan maksud agar
bagian-bagian tersebut membentuk akar.
Stek dapat dibedakan berdasarkan pada bagian
dari tanaman yang dijadikan bahan stek:
1.
Stek akar dan Stek Umbi
2.
stek batang,
3.
stek pucuk,
4.
stek daun,
2.
Tujuan
Tujuan
Penyetekan adalah
untuk mengoptimalkan pembentukan sistem perakaran baru. Sementara stek yang
dilakukan pada bagian bawah tanaman seperti stek akar bertujuan untuk
mengoptimalkan pembentukan sistem bagian atas tanaman. Sementara stek daun
bertujuan untuk pembentukan sistem perakaran dan batang tanaman (Rochiman dan
Harjadi, 1973 ; Hartmann dan Kester, 1983)
Menurut
Hartmann dan Kester (1983), keuntungan pembiakan melaui stek adalah murah,
dapat dilakukan dengan cepat, sederhana dan tidak memerlukan tenaga terlatih
dibandingkan kultur jaringan. Selain itu pembiakan vegetatif melalui stek dapat
menghasilkan tanaman yang sempurna dengan akar, daun dan batang dalam waktu
relatif singkat serta bersifat serupa dengan induknya (Rochiman dan Harjadi,
1973).
3.
Macam-macam Stek
a.
Stek Daun
Stek daun
terdiri dari potongan daun dengan satu mata atau lebih, setiap mata akan
membentuk batang baru. Misalnya : cocor bebek, begonia, violces, zamia.
Bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan
pada stek daun dapat berupa lembaran daun atau lembaran daun beserta petiol.
Bahan awal pada stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman baru.
Penggunaan bahan yang mengandung kimera periklinal dihindari agar
tanaman-tanaman baru yang dihasilkan bersifat true to type.
Akar dan tunas
baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer atau meristem
sekunder. Pada tanaman Bryophyllum, akar dan tunas baru berasal dari meristem
primer pada kumpulan sel-sel tepi daun dewasa, tetapi pada tanaman Begonia
rex, Saint paulia (Avrican violet), Sansevieria, Crassula dan Lily,
akar dan tunas baru berkembang dari meristem sekunder dari hasil pelukaan. Pada
beberapa species seperti Peperomia, akar dan tunas baru muncul dari
jaringan kalus yang terbentuk dari aktivitas meristem sekunder karena pelukaan.
Masalah pada stek daun secara umum adalah pembentukan tunas-tunas adventif,
bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun lebih mudah
dibandingkan pembentukan tunas adventif.
Secara teknis
stek daun dilakukan dengan cara memotong daun dengan panjang 7,5 – 10 cm (Sansevieria)
atau memotong daun beserta petiolnya kemudian ditanam pada media. Untuk Begonia
dan Violces, perlakuan kimia yang umum dilakukan adalah penyemprotan dengan IBA
100 ppm.
Dan beberapa
hal yang harus diperhatikan untuk melakukan stek daun adalah:
1) Pilih daun yang
dewasa
Pemilihan daun
yang dewasa dan sehat adalah sangat penting. Dimana pertumbuhannya sudah
maksimal. Daun yang dewasa akan mengurangi resiko cepat busuk. Sehingga
perakaran akan cepat tumbuh. Semakin besar ukuran daun, makin banyak anakan
yang dihasilkan.
2) Pencacahan daun
Sebelum
dicacah, daun yang sudah dipilih dicuci dulu, kemudian dikeringkan. Lembaran
daun yang sudah bersih. Ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Sehingga
daun tersebut tidak busuk. Ukuran irisan 5 cm X 5 cm. semakin kecil ukuran
irisan, akan menghasilkan sansevieria baru yang lebih banyak. Tetapi resiko
kegagalannya akibat busuk semakin besar.
3) Meletakkan irisan daun diatas media
Siapkan media
arang sekam dinampan. Ketebalan media 5 cm. kemudian media dibasahi, perlu
disemprot dengan larutan fungisida. Dosis sesuai aturan produk jenis fungisida
yang dipakai. Setelah disemprot irisan daun sansevieria tersebut pada bagian
pangkal dicelupkan pada larutan hormone perangsang akar. Setelah itu baringkan
keatas media yang sudah disiapkan dan diatasnya taburi media yang sudah
disiapkan dan diatasnya taburi media tipis asal irisan daun tidak kering. Jaga
kelembaban. Bila media pengering disemprot air dengan hand spray. Untuk menjaga
kelembaban tetap stabil dapat disungkup dengan plastik atau dimasukkan dalam
rumah plastik, green house.
4) Stek daun
ditanam individu
Setelah 3
minggu kemudian, akar sudah mulai tumbuh. Irisan daun sansevieria dipindah
tanamkan ke pot individu. Dengan media tanam campuran arang skam, kompos dan
pasir malang dengan komposisi 1 : 1 : 2. Dianjurkan pakai ukuran pot 7 – 10.
Media pot dijaga jangan sampai kering dan juga jangan terlalu basah. Jaga
kelembaban tetap stabil dengan disungkup plastik atau ditempatkan kedalam green
house dengan paranet, sehingga panas matahari yang masuk berkurang. Anakan
hasil stek siap setelah berumur 5 – 6
bulan.
4.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek
Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa inisiasi akar dapat
merangsang sintesis protein dan roduksi RNA (Baraer, 1972). Dalam
perkembangbiakan vegetaatif secara stek memiliki beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan stek pada tanaman antara lain sebagai berikut:
a.
Faktor endogenus
b.
Faktor hormon
c.
Faktor lingkungan
d.
Faktor dari nutrisi tanaman stok
e.
Faktor dari food reserve
f.
Faktor darikemampuan memobilisasi food reserve
5.
Alat dan Bahan
Alat dan Bahan
a. Alat
1)
Ember
2)
Cetok
3)
Polibag
4)
Pisau
b. Bahan
1)
Batang
melati
2)
ZPT
3)
Media
Tanah
4)
Air
6.
Cara
Kerja
1) Menyiapkan semua alat dan bahan.
2) Menyiapkan media tanam (tanah)
3) Menambahkan air pada media tanam secukupnya.
4) Memotong batang melati, diambil bagian pucuk, tengah, dan pangkal
batang.
5) Celup tiga bagian itu pada ZPT (rotoone-F)
6) Menanam tiga batang itu pada polybag.
7) Merawat dan menyiram tanaman setiap hari.
8) Mengamati pertumbuhannya akarnya.
D.
Grafting
1.
Pengertian
Penyambungan
atau grafting banyak dilakukan orang untuk memperbanyak tanaman secara
vegetatif, artinya perbanyakan yang tidak melalui biji. Ini banyak dilakukan
pada jenis tanaman keras atau perkebunan seperti durian, mangga, jeruk, jambu
dan juga banyak dilakukan pada berbagai jenis tanaman hias. Kelihatannya tujuan
utama dari perbanyakan melalui penyambungan adalah untuk memperoleh bibit
dengan kualitas serta sifat-sifat yang sama dengan tanaman induknya.
Ada beberapa pengertian menyambung yang dapat
dijelaskan disini. Menurut Ariyantoro (2006) penyambungan adalah menyatukan
suatu pucuk atau batang (lebih dari satu mata tunas) yang telah dipisahkan atau
dipotong dari tanaman induk dengan tanaman lain yang masih mempunyai perakaran.
Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa menyambung adalah menggabungkan dua
macam tanaman yang memiliki kekerabatan
yang dekat (Forum Tentor, 2009). Sumber lain yang menyatakan bahwa menyambung
atau grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan
batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga
tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru
Secara garis
besar penyambungan dapat dibagi menjadi tiga golongan:
a.
Sambung pucuk atau enten (grafting atau scion
grafting).
b.
Sambung susuan (grafting by approach atau
inarching), yaitu batang dan batang bawah masih tumbuh dengan akar
masing-masing.
c.
Sambung mata tunas (menempel atau okulasi).
Cara ini lebih tepat disebut menempel daripada menyambung.
2.
Tujuan
a.
Memperoleh bibit dalam jumlah banyak dengan
waktu yang relatif singkat
b.
Memperoleh bibit atau tanaman dengan hasil dn
kualitas yang sama dengan kualitas tanaman induknya
c.
Membentuk atau memperindah body dan penampilan
tanaman
d.
Membentuk atau menambah percabangan
e.
Mempercepat pertumbuhan batang atas
f.
Menyelamatkan tanaman yang dalam keadaan
sakit,tidak sehat, atau mengalami busuk akar atau bonggol
g.
Mengganti jenis bunga (batang atas) dengan
jenis lain apabila diperlukan
h.
Membentuk atau membuat kreasi atau “karya seni”
tanaman, misalnya dengan melakukan penyambungan pada akar atau bonggol.
3.
Keuntungan dan kerugian
a.
Keunggulan
Menyambung atau Grafting
1)
Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat
dilakukan pada pembiakan vegetatif lainnya seperi stek, cangkok, dll
2)
Bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang
bawahnya tahan terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperature
yang rendah, atau gangguan lain yang terdapat dalam tanah
3)
Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah
tumbuh, sehingga jenis yang tidak diinginkan dapat diubah dengan jenis yang
dikehendaki
4)
Dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk
tanaman buah-buahan) dan mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang
(jika tanaman kehutanan).
b.
Kelemahan
Menyambung atau Grafting
1)
Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon
sudah besar gampang patah jika ditiup angin kencang
2)
Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok
antara batang atas dan batang bawah
4.
Langkah-langkah
sebelum melakukan grafting
Menurut
Suwandi, sebelum melaksanakan kegiatan grafting ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
a.
Batang bawah (rootstock) harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1)
Mempunyai daya adaptasi seluas mungkin, artinya
tanaman itu kompatibel dengan berbagai varietas. Bahkan bila perlu juga
kompatibel dengan berbagai jenis dalam satu genus, yang dimaksud kompatibel
disini adalah kemampuan dua tanaman untuk membentuk sambungan (buding atau
grafting) dengan baik dan sambungan dua tanaman ini mampu tumbuh dengan baik.
2)
Mempunyai perakaran yang kuat dan tahan
terhadap serangan hama dan penyakit yang ada didalam tanah.
3)
Kecepatan tumbuhnya sesuai dengan batang atas
yang digunakan, dengan demikian diharapkan batang bawah ini mampu hidup bersama
dengan batang atas.
4)
Tidak mempunyai pengaruh pada batang atas, baik
dalam kualitas maupun kuantitas buah (tanaman buah-buahan) atau kayu (tanaman
kehutanan) pada tanaman yang terbentuk sebagai hasil sambungan.
5)
Mempunyai batang yang kuat dan kokoh.
b.
Batang atas (Scion) mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
1)
Cabang dari pohon yang kuat, pertumbuhannya
normal dan bebas dari serangan hama dan penyakit.
2)
Bentuk cabang lurus, diameternya disesuaikan
dengan batang bawah, yaitu sama atau lebih kecil dari diameter batang bawah.
Diameter paling besar ± 1 cm.
3)
Cabang dari pohon induk yang sifatnya
benar-benar seperti yang dikehendaki, misalnya berbuah lebat dan berkualitas
tinggi (untuk tanaman buah-buahan) berbatang lurus, batang bulat, pertumbuhan
diameter cepat (jika jenis tanaman kehutanan).
4)
Bisa menyesuaikan diri dengan batang bawah
sehingga sambungan kompatibel.
c.
Pemilihan Scion (batang atas)
1)
Pemilihan sebaiknya berasal dari pohon yang
muda dan sehat, yang sifatnya benar-benar seperti yang dikehendaki.
2)
Pilih cabang muda yang mempunyai beberapa mata
tunas yang dorman, lurus, diameternya disesuaikan dengan batang bawahnya
(rootstock) yang umum digunakan berdiameter kuran lebih 1 cm.
3)
Hindari cabang-cabang yang mungkin mempunyai
tunas yang mutan.
4)
Pilih cabang yang bebas dari penyakit yang
berat dan kerusakan berat karena serangan hama.
5)
Usahakan pengamanan scion pada pagi hari
sebelum tengah hari.
5.
Alat dan Bahan
a.
Alat
1)
Gunting
2)
Pisau
3)
Papan kayu untuk alas pemotongan scion
b.
Bahan
1)
Tali raffia atau selotip
2)
Kantong plastic
6.
Langkah
Penyambungan
a.
Potong scion secara rapi, dengan mata tunas dua
atau tiga mata tunas kemudian sayat miring pangkal scion dan usahakan
dalam penyayatan jangan sampai berulang-ulang.
b.
Potong rootstock pada tempat yang tepat sesuai
dengan sambungan yang diinginkan
c.
Sambungkan scion pada rootstock dengan
memperhatikan apakah kambium scion dan kambium rootstock telah saling
berlekatan, bila batang bawah tidak sama besar dengan batang atas, maka salah
satu sisinya diusahakan berimpit (satu- garis) supaya kambium bisa bersatu,
d.
Ikat
sambungan dengan selotip atau atau tali rafia, sehingga kambiumnya dapat
melekat erat.
e.
Setelah itu sambungan dibungkus kantong plastik yang transparan bening, yaitu untuk
menjaga kestabilan suhu.
E.
Bonsai
1.
Pengertian
Bonsai
Bonsai adalah tanaman atau
pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat
miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Penanaman (sai ) dilakukan di pot dangkal yang disebut bon. Istilah bonsai juga
dipakai untuk seni radisional Jepang dahan, daun, batang, dan akar pohon,
serta pot dangkal yang menjadi wadah, atau keseluruhan bentuk tanaman atau
pohon. Bonsai adalah pelafalan bahasa Jepanguntuk penzi. dalam
pemeliharaan tanaman atau pohon dalam pot dangkal, dan apresiasi keindahan
bentuk
Seni ini mencakup berbagai teknik
pemotongan dan Pemangkasan tanaman, pengawatan (pembentukan cabang dan
dahan pohon dengan melilitkan kawat atau membengkokkannya dengan ikatan
kawat), serta membuat akar menyebar di atas batuPembuatan bonsai memakan
waktu yang lama dan melibatkan berbagai macam kegiatan, antara lain pemberian
pupuk, pemangkasan, pembentukan tanaman, penyiraman, dan penggantian pot dan
tanah. Tanaman atau pohon dikerdilkan dengan cara memotong akar dan rantingnya.
Pohon dibentuk dengan bantuan kawat pada ranting dan tunasnya. Kawat harus
sudah diambil sebelum sempat menggores kulit ranting pohon tersebut. Tanaman
adalah makhluk hidup, dan tidak ada bonsai yang dapat dikatakan selesai atau
sudah jadi. Perubahan yang terjadi terus menerus pada tanaman sesuai musim atau
keadaan alam merupakan salah satu daya tarik bonsai.
2.
Jenis
Tanaman Bonsai
Pohon yang paling umum dibonsai
adalah berbagai spesies pinus. Jenis tanaman dan pohon dipakai untuk
mengelompokkan jenis-jenis bonsai:
a. Bonsai
pohon pinus, tusam, cemara cina, cemara duri, sugi, dan lain-lain.
b. Bonsai
pohon buah untuk dinikmati keindahan buahnya (Ilex
serrata, kesemek,Chaenomeles sinensis, apel mini, dan lain-lain).
c.
Bonsai tumbuhan berbunga untuk
dinikmati keindahan bunganya (Prunus mume,Chaenomeles
speciosa, sakura).
d. Bonsai
pohon untuk dinikmati bentuk daunnya ( apel, bambu dll)
e. Ada
banyak sekali tanaman tropis yang telah dicoba dan ternyata cocok untuk
dibonsai, di antaranya asam jawa, beringin, cemara udang, waru, jambu biji.
3.
Gaya
Bonsai
Model atau gaya bonsai paling
dasar yang perlu dikuasi pemula adalah berdasarkan gaya tumbuhnya, yakni formal
dan menggantung. Penjabaran lebih jelas kedua gaya ini adalah sebagai berikut:
a. formal
Model atau gaya formal mengikuti pertumbuhan normal dari tanaman yang bersangkutan. Gaya ini terdiri dari tegak lurus, tegak berliku, dan miring.
Model atau gaya formal mengikuti pertumbuhan normal dari tanaman yang bersangkutan. Gaya ini terdiri dari tegak lurus, tegak berliku, dan miring.
1) Tegak
Lurus
Bonsai dengan gaya tegak lurus
memiliki batang yang tegak lurus dari pangkal akar sampai ke top mahkota atau
puncak batang. Diameter pangkal batang besar dan semakin ke atas batang semakin
mengecil. Demikian juga dengan cabang dan ranting pun semakin ke ujung semakin
mengecil. Diameter cabang dibagian bawah lebih besar dibandingkan dengan bagian
atas. Akar bonsai ini kuat dan menjalar ke segala arah dipermukaan media tanam.
Bonsai dengan gaya ini memiliki jarak antar cabang yang tidak merata. Semakin
ke atas jarak antar cabangnya semakin rapat. Arah percabangan harus
diperhatikan. Pembentukkan bonsai dengan gaya tegak lurus diawali dengan
menentukan cabang yang akan dijadikan sebagai top mahkota. Setelah cabang top
mahkota ditentukan, batang yang terletak diatasnya dipotong. Sebaiknya,
pemotongan batang tersebut menghadap kesamping atau kearah belakang agar bekas
pemotongan tidak tampak didepan.
2) Tegak
Berliku
Bonsai dengan gaya tegak berliku
memiliki batang yang tegak, tetapi berlekuku-lekuk. Seperti halnya bonsai
dengan gaya tegak lurus, bonsai ini juga memiliki pangkal batang yang besar dan
semakin ke top mahkota mengecil. Cabang bagian bawah lebih besar dibandingkan
cabang dengan bagian atasnya. Namun, cabang bagian atas itu tampak tumbuh di
setiap lekukan batang. Cabang bagian bawah dibentuk hingga tingginya sepertiga
dari tinggi keseluruhan batang. Lekukan sebaiknya selalu dibuat mengarah
kekiri dan kekanan atau sebaliknya. Agar terkesan alami, arah cabang perlu
dibuat kedepan agak menyerong kekiri atau kekanan, sehingga lekukannya tampak
dari arah depan.
3) Gaya
Miring
Bonsai dengan gaya miring
mengesankan sebuah pohon yang tumbuh di sebuah lereng atau tanah yang miring.
Bonsai dengan gaya ini memiliki pangkal batang yang lebih besar dari pada pucuk
batangnya. Akarnya harus terkesan kuat menahan tegaknya pohon. Pembentukan
bonsai bergaya miring diawali dengan pengawetan batang. Batang yang tadinya
tumbuh tegak diubah arah tumbuhnya ke samping dengan melakukan pengawatan.
Lama-kelamaan, batang yang dikawat akan tumbuh miring dengan sendirinya. Arah
percabangan sebaiknya dibuat sejajar dengan permukaan tanah atau merunduk kea
rah permukaan tanah, sehingga kesan miring bisa terlihat jelas.
b. Menggantung atau cascade.
Gaya ini berlawanan dengan pertumbuhan
normal tanaman. Gaya ini ada dua, yakni semi menggantung dan murni menggantung.
1) Setengah
Menggantung.
Bonsai dengan model setengah
menggantung mengesankan pohon yang tumbuh di tempat-tempat tandus, seperti
tebing yang curam. Pohon di sela-sela tebing pertumbuhannya akan membelok ke
atas mencari cahaya. Jika dipindahkan ke pot, pohon itu tampak miring dan
menggantung. Bonsai dengan gaya ini puncak atau top mahkotanya tidak boleh
melebihi bibir pot.
2) menggantung.
Gaya menggantung sama dengan gaya
setengah menggantung, hanya top mahkotanya melebihi atau jauh dibawah biir pot.
Cara pembentukannya juga sama dengan pembentukan bonsai bergaya setengah
menggantung.
c. Batang Bergelung
Batang pohon terlihat sangat
dipilin, atau pohon tumbuh dengan kecenderungan memilin diri. Batang pohon
begitu terlihat dipilin bagaikan ular yang sedang bergelung.
d. Sapu Tegak
Batang tegak lurus hingga di
tengah sebelum dahan dan ranting tumbuh menyebar ke segala arah.
Puncak pohon sulit ditentukan dari sejumlah puncak dahan yang ada sehingga
bentuk bonsai ini mirip sapu dari bambu. Keindahan bonsai gaya ini
dinilai dari percabangan dahan yang rapi, dan titik dimulainya persebaran dahan
dan ranting ke segala arah, tinggi pohon, dan keseimbangan unsur-unsur
tersebut.
e. Menonjolkan Akar
Akibat pohon dipelihara di
lingkungan pemeliharaan yang kejam, bagian pangkal akar yang bercabang-cabang
di dalam tanah menjadi terekspos ke luar di atas tanah bagaikan akibat diterp a
ngin dan hujan.
f. Berbatang Banyak
Dari satu pangkal akar tumbuh
tegak lebih dari satu batang pohon. Bila tumbuh dua batang pohon, maka bonsai
disebut Berbatang Dua (Sōkan). Bila ada tiga batang pohon, maka disebut
Berbatang Tiga (Sankan). Bonsai berbatang lima atau lebih disebut
Tunggul Tegak (Kabudachi). Batang berjumlah ganjil lebih disukai. Selain bonsai berbatang dua, bonsai dengan batang
berjumlah genap tidak disenangi dan tidak
dibuat.
g. Akar Terjalin
Akar dari sejumlah batang pohon
dari satu spesies (tiga batang pohon atau lebih)
saling melekat dan berhubungan satu satu sama lainnya. Bentuk ini juga dapat
berasal dari batang pohon yang tadinya tegak, namun roboh dan terkubur di dalam
tanah. Bagian yang dulunya adalah dahan pohon, berubah peran dan tumbuh sebagai
batang pohon. Dari batang pohon tersebut keluar akar, dan akar tersebut
terjalin dengan akar pohon asal. Bentuk yang mirip dengan Akar Terjalin disebut
Rakit atau Tumbuh dari Batang (Ikadabuki). Bonsai berbentuk Tumbuh dari
Batang juga berasal dari pohon yang tadinya tegak, namun roboh dan dahan
berubah peran menjadi batang. Perbedaannya dengan Akar Terjalin terletak pada
akaer yang hanya ada di satu tempat. Seperti halnya
bonsai Berbatang Banyak, pohon berbatang genap tidak disukai.
h. Kelompok
Lebih dari satu pohon ditanam
bersama dalam satu pot dangkal atau ditanam di atas batu. Pohon yang ditanam
dapat saja beberapa pohon dari satu spesies, atau campuran dari beberapa
spesies berbeda. Nilai kreativitas karya dapat ditinggikan dengan perpaduan
benda-benda hiasan yang diletakkan sebagai tambahan.
i. Pohon Sastrawan
Bentuk bonsai ini asal usulnya
dari meniru bentuk pohon dalam naga. Dinamakan bonsai bentuk Pohon Sastrawan
karena sastrawan zaman meiji sangat menggemari bonsai bentuk
ini. Pada zaman sekarang, batang kurus, jumlah dahan sedikit, dan dahan pendek
juga disebut Pohon Sastrawan.
j. Pohon Tak Lazim
Bentuk ini dipakai untuk menyebut
bonsai yang tidak dapat digolongkan ke dalam bentuk-bentuk bonsai yang lazim.
4. Ukuran
Bonsai.
a. Sangat
Besar (Tinggi pohon lebih dari 75 cm)
b. Besar
(tinggi pohon antara 45 – 75 cm)
c. Sedang
(Tinggi pohon antara 30 – 45 cm)
d. Kecil
(Tinggi pohon antara 15 – 30 cm)
e. Sangat
kecil / mame (Tinggi pohon lebih rendah dari 15 cm)
5. Teknik Membuat Bonsai
Membuat bonsai tampaknya mudah
dan sederhana. Padahal, membuat bonsai yang baik sebenarnya cukup sulit bagi
orang awam dan gampang-gampang susah bagi yang sudah mengetahuinya. Yang jelas,
menciptakan bonsai yang baik membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Paling cepat 2-4 tahun. Lamanya waktu tergantung pada jenis tanamannya. Ada 4
ukuran tinggi bonsai yang bisa dipilih, yakni miniature, kecil, sedang, dan
rata-rata. Biasanya bonsai miniature tinggi hanya sekitar 5cm dan dipersiapkan
selama sekitar 5 tahun. Bonsai kecil tinggi 5-15cm yang membutuhkan waktu
persiapan sekitar 5-10 tahun. Bonsai berukuran sedang tinggi 15-30cm yang
memerlukan waktu persiapan sekitar 3 tahun. Membuat bonsai membutuhkan
kreativitas, ketekunan, ketelitian, dan kasih sayang.
a. Pemotongan
dan Pemangkasan.
prinsipnya, pemotongan dan
pemangkasan dilakukan hingga lukanya rata dengan permukaan pangkal tumbuhannya.
Pemotongan batang atau cabang yang kurang sehat atau pertumbuhannya jelek harus
mempertimbangkan pertumbuhan cabang atau lainnya yang sehat. Pertumbuhan bisa
diperbanyak dengan cara pemotongan akar mengarah ke samping.
b. Pengawatan
Bertujuan membentuk batang,
cabang, dan ranting agar tumbuh sesuai dengan arah yang diinginkan. Pengawatan
harus dilakukan dengan hati-hati. Jangan terlalu kencang, tetapi jangan terlalu
longgar.
c. Posisi
Bonsai di Pot
Posisi yang sempurna ditentukan
oleh letak tanaman di pot yang digunakan. Posisi bonsai tergantung pada gaya
yang digunakan. Jadi, bonsai tidak harus ditanam ditengah-tengah pot. Dipot
persegi panjang, lonjong, atau oval, atau pot memanjang, tanaman bisa diletakan
dengan jarak sepertiga dari sisi pot.
d. Penanaman.
Langkah-langkah penanaman
bonsai:
1). Siapkan pot, media tanam,
dan bakalan bonsai.
2). Kurangi akar bakalan bonsai
agar sesuai dengan ukuran pot.
3). Masukkan sebagian media
tanam ke dalam pot.
4). Tanam bakalan dengan posisi
tanam yang pas.
5). Masukkan kembali media
tanam untuk menguatkan posisi tanam tersebut, kemudian padatkan menggunakan
ujung jari dan telapak tangan.
6). Rawat bonsai dengan baik.
e. Menciptakan kesan tua.
Bonsai akan lebih bagus jika
tanaman tersebut diberi kesan tua. Kesan tua ini biasanya ditandai dengan
pertumbuhan cabang yang rata-rata merunduk ke bawah dan akar yang menjalar
sampai permukaan tanah.
F.
Hortikultura
Pada umumnya, tanaman hortikultura
dan tanaman perkebunan adalah jenis tanaman yang dinilai baik bagi para petani
untuk dibudidayakan. Selain karena sesuai dengan lahan pertanian dan menjadi
komoditas yang banyak tersebar diberbagai wilayah, pergiliran tanaman-tanaman
hortikultura dapat dilakukan setiap tahunnya, sesuai permintaan pasar yang
seringkali berubah-ubah. Demikian halnya tanaman perkebunan yang dengan sekali
penanaman dapat hidup bertahun-tahun sehingga dapat terus memberi penghasilan
yang dapat membantu meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan para petani.
Budidaya hortikultura merupakan
suatu rangkaian kegiatan pertanian dariawal penanaman hingga penanganan pasca
panen. Secara umum budidayahortikultura meliputi: tanaman sayuran (vegetable crops);
tanaman buah ( fruit crops);dan tanaman hias (ornamental crops). Kegiatan
hortikultura mencakup aspek produksi dan
penanganan pasca panen yaitu: teknologi perbanyakan, penanaman, pemeliharaan,
panen serta pasca panen. Luas lahan pertanian untuk lahan tanamanhortikultura
di dunia adalah sangat kecil bila dibandingkan dengan luas lahantanaman lain
seperti serealia (biji-bijian) yaitu kurang dari 10%. Hal tersebutdisebabkan
oleh banyak faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan komoditas hortikultura
yaitu: 1) lemahnya modal usaha, 2) rendahnya pengetahuan,3) harga produk
hortikultura sangat berfluktuasi, sehingga resiko besar, 4) umumnya prasarana
transportasi kurang mendukung, 5) belum berkembangnya agroindustriyang
memanfaatkan hasil tanaman hortikultura sebagai bahan baku. Sistem
produksitanaman hortikultura dapat dikelompokkan atas tujuh sistem produksi.
Ketujuh sistem produksi tersebut dari sistem yang hampir tanpa pengelolaan
sampai sistem dikeloladengan intensif, masih terdapat di Indonesia, yang
meliputi: sistem pekarangan,sistem agroforesty, sistem monokultur skala kecil,
sistem tumpang sari, sistem perkebunan, sistem produksi hortikultura semusim,
sistem produksi intensif, dansistem produksi hortikultura organik.
0 komentar:
Posting Komentar