A. Pendahuluan
Tumbuhan paku
(Pteridophyta) digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya
sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum
menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan yang utama adalah spora. Sebagai
tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju daripada Bryophytasebab sudah
ada sistem pembuluh, sporofitnya hidup bebes dan berumur panjang, sudah ada
akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospor.
Seperti pada Bryophyta, pada Pteridophyta juga
terdapat pergiliran keturunan yang menunjukkan adanya dua keturunan yang
bergiliran. Individu yang menghasilkan gamet (gametofit) merupakan generasi
yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan terbentuk zigot yang merupakan
permulaan dari keturunan yang diploid. Kemudian dari sini lalu terbentuk
individu yang diploid (sporofit) karena menghasilkan spora melalui pembelahan
reduksi. Spora inilah yang merupakan permulaan dari generasi haploid. Dari
spora akan terbentuk protalium melalui perkecambahan spora. Divisi Pteridophyta
terbagi menjadi 4 kelas, yaitu: Psilophyinae (paku purba), Lycopodinae (paku
kawat), Equisetinae (paku ekor kuda) dan Filicineae (paku sejati).
B. Ciri-ciri umum Pteridophyta
Perbedaan Pteridophyta
dengan Bryophyta adalah pada tumbuhan paku dikenal sebagai tumbuhannya
sporofit, sedangkan pada tumbuhan lumut yang dikenal sebagai tumbuhannya yaitu
gametofit. Gametofit pada tumbuhan paku dinamakan protalium yang hanya berumur
bebera minggu saja. Besarnya hanya beberapa sentimeter bentuknya menyerupai
tallus Hepaticae yang umumnya seperti jantung, berwarna hijau dan melekat pada
substratnya dengan rizoid-rizoid. Anteridium dan arkegonium terdapat di sisi
bawah protalium diantara rizoid-rizoidnya.
(a)
(b)
gambar: daur hidup
tumbuhan paku. (a) paku kawat, (b) paku sejati
Pada Pteridophyta juga ada kemungkinan
terjadinya penyimpangan dari siklus hidup yang normal yaitu adanya peristiwa
apogamic dan apospori.
1. Apogami adalah terbentuknya sporofit langsung
dari gametofit tanpa persatuan gamet. Apogami terjadi kemungkinan disebabkan
karena terbentuknya tunas pada protalium yang langsung tumbuh menjadi sporofit
atau karena sel telur tumbuh menjadi sporofit tanpa ada fertilisasi terlebih
dahulu. Apogamic dapat terjadi pada Dropteris, Adiantum, Diplazium,
Asplenium, Lycopodium, Equisetum, Polypodium.
2. Apospori
adalah terbentuknya protalium dari sporofit tanpa melalui pembentukan spora.
Terjadinya apospori disebabkan karena timbulnya filament dari jaringan sporofit
yang kemudian menjadi protalium serta hanya membentuk anteridium, karena
biasanya tidak membentuk arkegonium. Apogamic juga dapat terjadi karena
jaringan sporofit dapat membentuk protalium dari tangkai sporangium, dari daun
dan juga dari jaringan steril pada sorus. Apospori dapat terjadi pada Pteridium
aquilinum, Asplenium demorphum, Osmunda regalis, O. javanica, Tectaria
trifoliate dan Pteris cretica.
Pteridophyta memiliki
cirri-ciri struktur sebagai berikut:
· Embrio sudah dapat dibedakan adanya dua kutub,
yaitu kutub atas yang akan berkembang menjadi tunas dan kutub bawah yang
disebut kutub akar. Kutub akar tidak terus berkembang membentuk akar, karena
akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping dari batang. Dengan
demikian embrio Pteridophyta bersifat unipolar, akar yang keluar pertama tidak
dominan dan segera disusul oleh akar-akar lain yang muncul dari batang. Akar
memiliki kaliptra.
· Batang Pteridophyta bercabang-cabang menggarpu
atau membentuk cabang-cabang ke samping yang bukan keluar dari ketiak daun.
· Daun-daun pada Pteridophyta yang tinggi
tingkat perkembangannya memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan daun Spermatophyta.
· Dalam akar, batang dan daun terdapat jaringan
pengangkut, yaitu terdiri atas xylem dan floem. Berkas pengangkut konsentris
amfikibral yaitu xylem ditengah dikelilingi oleh floem.
· Pertumbuhan menebal sekunder karena kegiatan cambium
belum ada.
· Sporofit memiliki kormus yang sesungguhnya.
Sporangium dan spora terbentuk pada daun, kadang-kadang dalam ketiak atau ujung
tunas. Daun-daun yang mempunyai sporangium disebut sporofil, sedangkan
daun-daun yang steril disebut tropofil.
· Sporangium memiliki lapisan-lapisan dinding
yang menyelubungi jaringan sporogen. Sel-sel sporogen membulat dan memisahkan
diri satu sama lain menjadi sel-sel induk spora. Masing-masing membelah reduksi
membentuk 4 spora haploid yang dapat bergandengan tetraeder.
· Lapisan sel-sel yang mengandung banyak plasma
dan berguna member makan pada sel-sel sporogen dinamakan tapetum, terdapat di
sekeliling jaringan sporogen.
· Spora memiliki tiga lapis dinding,
berturut-turut dari luar ke dalam yaitu perisporium, eksosporium dan
endosporium. Endosporium berdinding tipis menempel di sebelah dalam eksosporium
yang berdinding tebal dan kuat, sedangkan perisporium merupakan lapisan
tambahan yang dibentuk dari periplasmodium (plasma yang melumuri sel-sel induk
spora).
Warga Pteridophyta
amat heterogen bila ditinjau dari segi habitus dan cara hidupnya. Ada jenis
yang sangat kecil dengan daun-daun kecil dan struktur yang masih sangat
sederhana, ada pula yang besar dengan daun-daun yang mencapai ukuran panjang
sampai 2 sampai 30 m dengan garis tengah batang sampai 2 m. dari segi cara
hidupnya ada jenis paku yang hidup teresterial, ada paku epifit, dan ada paku
air. Jutaan tahun lalu, hutan-hutan di bumi kemungkinan disusun atas warga
tumbuhan paku yang berupa pohon-pohon yang tinggi besar, dan kita kenal sisanya
sebagai batubara. Jenis-jenis yang sekarang masih ada sebagian besar bersifat
higrofit yang menyukai tempat-tempat teduh dan lembab serta berukuran tinggi
beberapa meter saja.
Jenis paku yang
menghasilkan spora berumah satu dan sama besar disebut paku homospor, sporanya
mempunyai sifat-sifat yang sama, dan setelah berkecambah menghasilkan protalium
dengan anteridium dan arkegonium. Contoh paku homospor dapat dijumpai pada
Filicineae. Paku yang protaliumnya tidak sama besar dan berumah dua disebut
paku heterospor, contohnya pada Selaginellales, dan Hydropteridales. Pemisahan
jenis kelamin telah terjadi pada pembentukan spora, selain berbeda jenis
kelaminnya juga berbeda ukurannya. Spora yang besar dinamakan makrospora dan
terbentuk dalam macrosporangium, dan pada waktu perkecambahan tumbuh menjadi
makroprotalium. Spora yang kecil disebut mikrospora, dihasilkan dalam
mikrosporangium. Mikrospora tumbuh menjadi mikroprotalium. Padanya terdapat anteridium.
gambar:
paku homospor (atas) dan paku hererospor (bawah)
A. Kelas Psilophytineae (Paku Purba)
Paku purba meliputi
jenis-jenis tumbuhan paku yang sebagian besar telah punah. Anggotanya ada yang
merupakan paku telanjang (tidak berdaun) dan ada yang berdaun kecil (mikrofil)
yang belum terdiferensiasi. Ada diantaranya yang belum memiliki akar namun
sudah mempunyai jaringan pengangkut, semua bersifat homospor dan sporangium
letaknya terminal pada batang.
1. Bangsa Psilophytales
· Tumbuhan yang tergolong dalam bangsa ini
merupakan paku telanjang
· Dikenal sebagai tumbuhan darat tertua yang
tinggal ditemukan fosilnya dalam lapisan bumi yang amat tua
· Merupakan tumbuhan paku yang paling rendah
tingkat perkembangannya
· Yang paling sederhana masih belum
berdaun dan belum berakar, namun batangnya sudah mempunyai berkas pengangkut.
a. Suku Rhyniaceae
- Terna mencapai ± ½ m, tidak berdaun.
- Batang dalam tanah membentuk percabangan yang
tumbuh tegak ke atas
- Berkas pengangkutnya prostostele
- Sporangium di ujung cabang, isospora tersusun
sebagai tetrad.
- Contoh: Rhynia major, zosterophyllum
myretonianum, dll.
gambar:
(atas) Rhynia major, (bawah) zosterophyllum myretonianum
b. Suku Asteroxyllaceae
- Tingginya mencapai 1 m, punya
tonjolan-tonjolan kecil mirip daun yang disebut mikrofil
- Berkas pengangkutnya sifonostele, stele dalam
batang berbentuk bintang dan sudah ada empulur
- Contoh: Asteroxillon mackei, A.
elberfeldense.
gambar:
rizoma dan cabang vegetatif Asteroxillon mackei
c. Suku Pseudosporochnaceae
- Pada ujung sumbu pokok keluar dahan-dahan yang
bercabang menggarpu dengan ranting kecil yang menggarpu juga, di bagian
ujungnya ada sporangium berbentuk gada.
- Bagian-bagian infertile pada ranting disebut
makrofil, berfungsi sebagai alat asimilasi.
- Contoh: Pseudosporochnus krejcii.
gambar: Pseudosporochnus krejcii
2. Bangsa Psilotales
· Terna kecil rendah, batang bercabang menggarpu
dengan mikrofil berbentuk sisik
· Tidak berakar hanya berupa rizoid
· Sporangium terdapat diantara taju-taju
sporofilyang berbagi menggarpu
· Sporangium beruang 3, dinding terdiri dari
beberapa lapis, tidak punya tapetum.
· Protalium berbentuk silinder dan bercabang,
ukurannya hanya beberapa cm, tidak berwarna, hidup dalam tanah bersimbiosis
dengan cendawan mikoriza
· Anteridium dan permukaannya punya banyak ruang
mengeluarkan spermatozoid berflagel banyak
· Arkegonium kecil dan agak tenggelam
· Embrio tidak mempunyai suspensor dan letaknya
eksoskopik/ujungnya kearah arkegonium
· Contoh: Psilotum nudum, P. triquetrum,
Tmesipteris tannensis.
gambar:
Psilotum triquetrum.
B. Kelas Lycopdineae (Paku Kawat atau Paku
Rambat)
Paku kawat atau paku
rambat ini tumbuh baik pada kondisi lembab dan merambat. Meliputi golongan yang
sudah punah dan yang sekarang masih ada. Golongan yang sekarang masih ada hanya
terdiri dari 4 marga, yaitu: Lycopodium, Phylloglosum, Selaginella, dan
Isoetes, yang keseluruhannya meliputi 900 jenis. Sporofit dapat dibedakan
adanya batang, akar dan daun. Batang kecil seperti kawat dan bercabang-cabang.
Daunnya berukuran kecil seperti rambut yang terdapat di seluruh batang.
Sporangium terdapat di ketiak daun atau pangkal sisi atas daun dan biasanya
terkumpul di ujung cabang atau batang, dilindungi oleh daun-daun steril yang
lembut seperti rambut (strobilus). Ada yang bersifat homospor dan ada yang
heterospor. Pada yang heterospor gametofit dibentuk di dalam spora
(endosporik), sedang yang homospor gametofitnya dibentuk di luar spora
(eksosporik).
1. Bangsa Lycopodiales
· Hanya mempunyai 2 marga yang masih ada sampai
sekarang, yaitu Lycopodium, dan Phylloglosum.
· Terna kecil, batang tumbuh tegak atau
berbaring dengan cabang-cabang menggarpu yang tertutup oleh daun.
· Daun-daun panjangnya 2-10 mm, berambut,
berbentuk garis atau jarum yang sama bentuknya.
· Akar bercabang menggarpu.
· Sporofil berbentuk segitiga sama sisi,
mempunyai sporangium yang agak pipih, berbentuk ginjal yang terdapat pada sisi
atas daun dekat pangkalnya. Protalium tumbuh di atas tanah, berbentuk seperti
umbi kecil, keputih-putihan dan punya rizoid. Padanya terdapat jamur dilapisan
perifer. Umurnya dapat sampai 20 tahun.
· Protalium berumah satu terdapat alat kelamin
dibagian apical. Anteridium terbenam dalam jaringan protalium, terdiri atas
banyak sel, tiap sel menghasilkan spermatozoid berbentuk jorong dengan 2 bulu
cambuk. Arkegonium mempunyai banyak sel saluran leher yang sering tereduksi
sampai tinggal satu saja.
gambar: Lycopodium phlegmaria
· Zigot mula-mula dengan suatu dinding dasar
yang melintang membelah menjadi 2 sel, yang bawah mula-mula membagi diri
menjadi 4 kuadran kemudian menjadi oktan dan selanjutnya menjadi embrionya,
sedang sel-sel yang menghadap leher arkegonium menjadi pendukung embrio atau
suspensor. Dengan demikian embrio tidak menghadap ke leher arkegonium. Letak
embrio tersebut dinamakan endoskopik.
2. Bangsa Selaginalles (Paku Rane, Paku Lumut)
· Bangsa ini hanya terdiri atas satu suku
Selaginellaceae dengan satu marga Selaginella yang meliputi ± 700 jenis.
· Habitus dalam beberapa hal menyerupai
Lycopodineae. Ada juga yang berukuran kecil mirip dengan lumut hati yang
berdaun dan tumbuh di antara tumbuhan lumut, sehingga dinamakan juga paku
lumut.
· Di dekat percabangan batang terdapat alat
tambahan yang dinamakan rizofora atau pendukung akar . rizofora bentuknya
seperti batang tetapi tidak berdaun, tumbuh ke bawah menuju tanah dan pada
ujungnya tumbuh akar.
gambar: Selaginella
rupestris (kiri), dan irisan membujur strobilus Selaginella
inaequalifolia (kanan)
· Selaginella bersifat herterospor. Sporangium
terdapat dalam strobilus, menghasilkan mikro dan megaspore yang terpisah-pisah
tetapi keduanya ditemukan dalam satu rangkaian sporofil. Dinding sporangium
terdiri atas 3 lapis, tapetum di lapis paling dalam berguna untuk member
makanan kepada spora. Spora sudah memulai perkembangannya membentuk protalium
sejak masih di dalam sporangium.
· Setelah satu atau beberapa arkegonium dibuahi,
mulailah perkembangan embrio yang bersifat endoskopik. Untuk membebaskan diri
dari protalium, embrio tersebut membelok seperti pada Lycopodium.
Calon akar baru dibentuk kemudian. Pertumbuhan memanjang berlangsung dengan
perantaraan suatu sel ujung sebagai sel pemulanya.
3. Bangsa Lepidodendrales
· Anggotanya pada saat ini sudah punah. Tumbuhan
ini mencapai puncak perkembangannya di zaman Devon, karbon dan perm. Fosil dari
tumbuhan ini merupakan sumber batubara.
· Beberapa pohon berukuran raksasa, tinggi s/d
30 meter dengan diameter hingga 2 meter.
· Daun yang gugur meninggalkan bekas seperti
bantalan di pangkal tangkai daun.
· Bangun daun berupa jarum atau berupa garis,
berlidah-lidah dengan bekas pengangkut yang sederhana dan jarang sekali
memperlihatkan percabangan menggarpu.
gambar:
rekonstruksi dari Lepidodendron obovatum
· Batangnya sudah mengalami penebalan sekunder
dengan adanya jaringan semacam cambium gabus yang kea rah dalam menghasilkan
sel-sel gelam yang jumlahnya lebih banyak daripada unsure-unsur kayu.
· Punya “rimpang” yang disebut pendukung akar
atau stigmarium, dan dipermukaannya ada bekas-bekas akar.
· Rangkaian sporofil Lepidodendron dapat
mencapai panjang 25 cm dan hampir selalu heterospor.
gambar:
strobilus dan spora dari Lepidodendron
· Ada suatu kelompok warga Lepidodenrales yaituLepidospermae yang
memiliki biji. Mikrosporofil menjadi suatu selubung (integument) “porangium,
tetapi pada ujungnya terbuka, sehingga dapat menangkap mikrospora yang
berhamburan dan dengan cara-cara yang belum diketahui akhirnya akan terjadi
pembuahan. Organ tersebut tetap pada tumbuhan induknya dan berkembang menjadi
biji. Pada pembentukan kulit biji tidak hanya dinding sporangium saja yang ikut
mengambil bagian tetapi juga sporofil.
4. Bangsa Isoetales
· Bangsa ini memuat golongan rumput-rumputan
yang sebagian hidup dalam air dan sebagian pada tanah-tanah yang basah.
· Anggotanya sekarang ada hanya terdiri dari 1
suku dan 1 marga saja yaitu Isoetes dengan 60-100 jenis.
· Sporofit mempunyai batang seperti umbi, jarang
bercabang, kalau bercabang menggarpu.
· Dari bagian bawah batang keluar akar-akar dan
bercabang menggarpu, sedangkan di bagian atas batang terdapat rozet daun,
terdiri atas daun-daun yang berujung runcing panjang sampai satu meter. Tiap
daun memiliki saluran udara dan di sisi atas dekat pangkal daun ada lekukan
yang disebut foveum.
· Semua daun kecuali yang letaknya di tengah
adalah sporofil. Tiap sporofil mengandung satu sporangium yang letaknya di dalam
foveum. Di atas foveum terdapat ligula yang berupa selaput berbentuk segitiga
dengan pangkal terbenam.
· Di dalam roset daun yang letaknya di bagian
luar berupa makrosporofil dan yang letaknya di bagian dalam berupa
mikrosporofil.
· Sporangium besarnya 4-7 mm melindungi sebagian
atau seluruhnya oleh selaput yang disebut velum.
· Ruang sporangium terbagi-bagi oleh jaringan
steril yang dinamakan trabekula. Dinding sporangium terdiri dari beberapa lapis
sel.
· Perkembangan gametofit hampir sama dengan
Selaginella.
· Zigot dengan dua dinding yang tegak lurus satu
sama lain membelah menjadi empat kuadran, dan diantaranya membentuk ujung tunas
dan daun beserta ligulanya, yang dua lainnya menjadi akar dan haustorium.
Suspensor tidak ada. Letak embrio mula-mula endoskopik, tetapi sedikit demi
sedikit embrio itu berputar hingga mencapai kedudukan yang eksoskopik.
C. Kelas Equisetineae (Paku Ekor Kuda)
Anggota dari kelas ini
yang sekarang masih ada umumnya berupa terna yang menyukai tempat-tempat
lembab, kadang-kadang dalam jumlah besar dan bersifat dominant dalam komunitas
tertentu. Bentuk strobilus pada sporofit seperti ekornya kuda. Batang
bercabang-cabang berkarang dan berbuku-buku dan beruas-ruas. Daun-daun kecil
seperti selaput, tersusun berkarang. Sporofil berbeda dengan daun biasa
(berbentuk perisai dengan sejumlah sporangium di sisi bawahnya). Sporofil
tersusun sebagai badan berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang atau
cabang. Protalium berwarna hijau dan berkembang di luar sporanya.
1. Bangsa Equisetales
· Hanya terdiri atas satu suku yaitu
Equisetaceae dan satu marga yaitu Equisetum dengan ± 25 jenis. Tumbuhan ini
hidup di darat atau di rawa-rawa.
· Mempunyai semacam rimpang dengan cabang yang
berdiri tegak, batang yang berdiri tegak tersebut berumur hanya 1 tahun.
gambar: Equisetum
telmateia
· Pada penampang melintang, batang mempunyai
lingkaran berkas pengangkut kolateral, dua lingkaran saluran-saluran antar sel,
dan satu ruang udara lisigen di pusat. Berkas pengangkut dalam sporofil
mempunyai susunan konsentris.
· Batang atau cabang beralur dan beruas-ruas
panjang. Pada buku-buku batang terdapat karangan daun serupa selaput atau
sisik. Daun-daun itu di bagian bawah berlekatan menjadi suatu sarung yang
menyelubungi batang. Cabang-cabang keluar di antara daun-daun dan menembus
sarung.
gambar: Equisetum
telmateia. irisan meilntang melalui ruas batang
· Pada beberapa warga Equisetales terdapat
beberapa jenis yang mempunyai semacam umbi untuk menghadap kala yang
buruk.
gambar:
penampilan Equisetum dengan strobilus di ujungnya. irisan membujur strobilus
yang menampilkan adanya sporangiofor dan sporangium (atas). spora dengan
beberapa elaters (bawah)
· Sporofil tersusun dalam rangkaian yang menyerupai
kerucut pada ujung batang.
· Spora mempunyai dinding yang terdiri atas endo
dan eksoporium, dan perisporium yang berlapis-lapis. Lapisan perisporium yang
terluar terdiri atas dua pita sejajar yang ujungnya melebar seperti lidah. Jika
spora itu kering, pita terlepas dari gulungannya tetapi di tengah-tengahnya
tetap melekat pada eksosporium.
gambar:
siklus hidup paku ekor kuda
· Dari bangsa ini ada suku yang sudah punah
yaitu Calamitaceae, contohnya: Eucalamites multiramis, Calamophyton
primaevum.
gambar:
rekonstruksi Calmaites
2. Bangsa Sphenophyllales
· Hanya dikenal fosilnya saja, berasal dari
zaman Paleozoikum.
· Daunnya menggarpu atau berbentuk pasang dengan
tulang-tulang bercabang menggarpu, tersusun berkarang. Daunnya termasuk
heterofil, yaitu tidak sama bentuk dan ukurannya, ada yang berbentuk pasak dan
ada yang kecil sempit.
· Batangnya beruas-ruas panjang,
bercabang-cabang, mempunyai satu berkas pengangkut yang tidak berteras dan
mempunyai cambium.
· Rangkaian sporofil menyerupai Equisetum
· Contohnya: Sphenophyllum cuneifolium,
S. dawsoni, S. fertile.
gambar:
rekonstruksi batang Sphenophyllum cuneifolium
gambar:
Sphenophyllales. (1) tumbuhan Sphenophyllum cuneifolium. (2) irisan membujur
sporofil, (3) irisan melintang batang, (4) diagram strobilus
3. Bangsa Protoarticulales
· Bangsa ini juga hanya ditemukan fosilnya.
Hidup pada pertengahan zaman Devon.
· Contoh yang paling dikenal adalah Rhynia, berupa
semak kecil yang bercabang-cabang menggarpu. Daunnya sempit, berbagi menggarpu,
tersusun berkarang. Sporofil tersusun dalam bulir dengan percabangan menggarpu,
sporangium bergantung-gantung.
gambar : A. Hyenia,
B. Cooksonia
D. Kelas Filicineae (Paku Sejati)
Warga kelas ini sehari-hari dikenal sebagai tumbuhan paku atau
pakis yang sebenarnya. Berupa higrofit (hidup di tempat teduh, lembab),
teresterial, akuatik atau epifit (penyusun underground di hutan). Berdasarkan
lingkungan hidupnya kelasi ini dibedakan menjadi paku tanah, paku air dan paku
epifit. Daun berupa makrofil dengan ukuran dan bentuk daun yang beraneka ragam,
serta pertulangan daun yang bercabang-cabang. Sporangium kebanyakan dalam
sorus, keluar dari suatu bantalan atau plasenta atau reseptakel. Biasanya sorus
dilindungi oleh indusium atau tepi daun yang melipat. Dinding sporangium
mempunyai annulus. Kebanyakan bersifat heterospor. Gametofitnya untuk yang
heterospor bersifat endosporik, sedang yang homospor bersifat eksosporik.
Filicinae yang sekarang masih hidup dibedakan dalam 3 anak kelas yaitu:
Euspongiatae, Leptosporangiatae, dan Hydropteris.
gambar: Ophioglossum
reticulatum. (1) tumbuhan secara utuh, (2) tumbuhan dihubungkan dengan
stolon, dan (3) daun fertil
1. Anak Kelas Euspongiatae
· Sporangium terbentuk dari beberapa sel
inisial. Pembelahan pertama berlangsung di dalam epidermis, sel luar membentuk
dinding sporangium, sel yang dalam membentuk jaringan sporogen, dan sel-sel
tapetum berasal dari lapisan dinding sporangium yang paling dalam.
· Anak kelas ini dibedakan menjadi 2 bangsa
yaitu: Ophioglossales, dan Marattiales.
a. Bangsa Ophioglossales
· Bangsa ini hanya terdiri dari satu suku, yaitu
Ophiglossaceae
· Batang pendek di dalam tanah, pada batang tiap
tahun hanya ada satu daun yang bertangkai panjang dengan upih yang menyerupai
selaput.
· Di dalam akar selalu ada mikoriza.
· Daun biasanya mempunyai bagian yang steril
yang khusus untuk asimilasi dan bagian fertile yang menghasilkan spora. Bagian
daun yang fertile itu berbentuk malai atau bulir dan keluar dari tangkai, dari
pangkal, dari tengah atau dari tepi daun yang steril.
· Sporangium besar tidak mempunyai annulus.
· Bersifat homospor.
· Protalium berumah satu, berklorofil, hidup
dalam tanah.
· Anteridium dan arkegonium terbenam dalam
jaringan protalium yang berbentuk umbi dan dapat berumur sampai beberapa tahun.
· Hidup sebagai paku tanah atau epifit, hanya
terdiri dari 3 marga, yaitu: Ophiglossum, Botrychium, Helminthostachys.
gambar: Tahap awal dalam
pengembangan gametofitdari Ophioglossum crotalophoroides. Lingkaranmenunjukkan inti dan
lingkaran bertitik adalah inti
sel menghadap belakang sel. 1. Berkecambahspora. 2. Dua-bersel gametofit. 3. Tiga-berselgametofit. 4. Empat-bersel gametofit. 5.Lima-bersel gametofit. Spora mantel dihilangkan
dalam Gambar. m
gambar: Gametophytes dari Ophioglossumcrotalophoroides . 6. Gametofit muda dengan
selproksimal terbuka, 7. Lendir (panah) pada
selproksimal. Alcian pewarnaan biru. 8. Bulat
ataubulat gametofit, 9. Bulat
atau bulat gametofitdengan rhizoid, 10. Rhizoid dengan lendir (panah);alcian pewarnaan biru, 11. Gametofit mudadengan cekung (panah) antheridia, 12. Gametofitmuda
dengan antheridia cekung (panah), panahmenunjukkan sel opercular, 13. Bagian
membujurmelalui
daerah apikal gametofit dengan antheridiacekung,
panah menunjukkan sel opercular dari,antheridium
gambar: 4 -17. Gametophytes dan
muda sporophytedari Ophioglossum crotalophoroides. 14.Gametofit dengan
dua archegonia muda (panah)
dan antheridia cekung (panah), 15. Archegonia, 16.Longitudinal bagian
melalui daerah apikalgametofit dengan archegonium (panah) dan,antheridia 17. Sporofit muda,
panahmenunjukkanpaku fertil abortif.
gambar:
(atas) Botrychum daucifolium. (bawah)Helmithostachys
zeylanica
b. Bangsa Marattiales
· Bangsa ini hanya terdiri satu suku
Marattiaceae
· Batang pendek dan tegak
· Daun amat besar, majemuk menyirip ganda
beberapa kali
· Tangkai daun lunak mempunyai stipula yang
tebal
· Daun fertile sama dengan daun steril
· Sporangium berdinding tebal, tidak mempunyai
annulus.
· Bersifat homospor
· Protalium di atas tanah mempunyai mikoriza,
berwarna hijau bentuknya menyerupai talus lumut hati.
· Meliputi 4 marga yaitu Christensenia,
Angiopteris, Marattia, dan Danaea.
2. Anak Kelas Leptosporangiatae
· Sporangium terbentuk dari sel permukaan. Dari
hasil pembelahan pertama, sel yang luar membentuk sporangium lengkap termasuk
tangkai, dinding tapetum dan jaringan sporogen. Sel yang dalam tidak ikut dalam
pembentukan sporangium.
· Tumbuhan yang termasuk dalam anak kelas ini
tersebar di daerah tropika, meliputi jenis-jenis paku yang berukuran hanya
beberapa millimeter saja sampai paku yang berupa pohon.
· Kebanyakan berupa terna dengan rimpang yang
mendatar atau bangkit ujungnya, dan biasanya jarang bercabang.
· Daun yang masih muda selalu tergulung,
disebabkan karena sel-sel pada sisi bawah daun lebih cepat pertumbuhannya.
Susunan anatomi daun sudah menyerupai daun Spermatophyta. Tulang daun
bercabang-cabang dengan bermacam-macam pola.
· Pada batang, tangkai daun, kadang sebagian
daun tertutup oleh lapisan rambut yang berbentuk sisik yang disebut palea.
· Sporangium terdapat dalam jumlah banyak di
sisi bawah daun. Biasanya sporofil mempunyai bentuk yang sama dengan daun-daun
yang steril, hanya pada beberapa jenis saja sporofil berbeda dengan tropofil.
· Anak kelas Leptosporangiatae terbagi menjadi
beberapa suku, yaitu:
a. Suku Osmundaceae
· Sporangium tidak tersusun berkelompok, tidak
bertangkai, tanpa annulus, tetapi mempunyai sekelompok msel berdinding tebal
yang akan retak jika sudah masak.
· Sporangium tersebar, kadang menutupi sebagian
besar permukaan daun. Indusium tidak ada, tidak terdapat sisik-sisik, tetapi
pada daun yang muda seringkali terdapat rambut-rambut yang menghasilkan lender.
gambar: Osmunda
claytoniana
b. Suku Schizaeceae
· Kelompok tumbuhan ini merupakan kelompok kecil
tetapi sangat luas daerah penyebarannya.
· Kebanyakan hidup pada daerah yang beriklim
panas.
· Perkembangan sporangia dalam sorus tipe
simplices, yaitu sporangium di dalam sorus terjadi secara serempak.
· Sporangium mempunyai annulus yang letaknya
terminal.
· Anggota suku ini meliputi 4 marga yaitu:
Schizaea, Lygodium, Aremia, dan Mohria.
gambar: Schizaea
pusilla
c. Suku Gleicheniaceae
· Kebanyakan anggotanya hidup sebagai xerofit,
mempunyai rizoma.
· Terdiri dari 2 marga, yaitu Stromatopteris dan
Gleichenia.
· Batangnya bercabang menggarpu, dan pada
kebanyakan jenis daun-daunnyapun terbentuk secara menggarpu. Tetapi dikotomi
daun-daun itu ternyata palsu, sebab pada ketiak percabangan batang itu terdapat
suatu mata kuncup.
· Tidak ada perbedaan antara bagian daun yang
steril dan yang fertile.
· Sporangium terdapat dalam sorus pada permukaan
dorsal dari daun yang berwarna hijau. Sorus tanpa indusium dan mengandung
sedikit sporangia.
· Sporangia dalam sorus termasuk tipe simplices.
· Struktur anatomi batang amat sederhana.
· Gametofit biasanya mempunyai tulang di bagian
tengah di kiri dan kanan tulang melebar menyerupai sayap.
gambar: Gleichenia
pectinata
d. Suku Matoniaceae
· Mempunyai 2 marga yaitu Phanerosorus dan
Matonia
· Perkembangan sporangium tipe simplices,
bedanya dengan suku lain adalah cara retaknya sporangium yang melintang
disebabkan karena annulus letaknya membujur, dan terdapatnya indusium yang
berbentuk seperti payung.
· Mempunyai rizomayang bercabang menggarpu, dari
rizoma keluar tonjolan daun ke atas yang pada ujungnya bercabang menggarpu.
Percabangan menggarpu dari tangkai daun tersebut berulang-ulang sampai beberapa
kali, hanya setiap kali cabang yang satu sisi saja yang keluar anak daunnya
hingga bentuk daun keseluruhan menjadi seperti kipas.
· Sporangium terkumpul dalam sorus yang
bentuknya bulat. Letak sorus dekat dengan ibu tulang daun.
· Gametofit menyerupai gametofit Gleichenia.
gambar: Matonia
pectinata
e. Suku Hymenophyllaceae
· Paku ini banyak dijumpai di daerah tropika,
hidup sebagai epifit, dan sangat suka akan tempat yang lembab. Tetapi ada juga
yang xerofit dan hidup pada batuan bersama dengan lumut dan lichens.
· Hanya memuat dua marga, yaitu Hymenphyllum,
dan Trichomanes.
· Daun kecil dan tipis, sering kali hanya
terdiri dari 1 lapis sel. Tetapi ada juga yang berukuran lebih besar dengan
tebal daun dapat 3-4 lapis sel.
· Bentuk daun fertile sama dengan daun steril.
· Sporangium terkumpul dlam sorus yang letaknya
di tepi daun. Sorus mempunyai indusium berbentuk seperti piala atau bibir.
· Sporangium bertangkai pendek atau tidak bertangkai,
mempunyai annulus yang letaknya melintang atau serong.
· Paku ini termasuk gradate, yaitu sporangium di
dalam sorus timbulnya dari atas ke bawah (basipetal) Jumlah spora dalam tiap
sporangium antara 32-420 buah.
· Protalium berbentuk piala.
gambar: Hymenophyllum
australe
f. Suku Cyatheaceae
· Anggota dari suku ini tergolong sebagai paku
pohon, banyak dijumpai di daerah tropika dan sub tropika.
· Terdiri dari 3 marga, yaitu: Alsophila,
Hemitelia, dan Cyathea.
· Batangnya kuat sehingga sering digunakan untuk
bahan bangunan. Tinggi batang dapat mencapai 1,5-5 meter, diameter 25-50 cm.
· Daun besar dan panjang, berupa daun majemuk
menyirip ganda.
· Sporangium terdapat di dalam sorus yang
letaknya di bawah daun. Sorus berbentuk bola, termasuk tipe gradate. Sorus
dilindungi oleh indusium atau induk.
gambar: Cyathea
medullaris
g. Suku Dicksoniaceae
· Suku ini meliputi golongan paku tiang atau
paku dengan rizoma yang merayap. Terdiri dari 9 marga, diantaranya: Cibotium,
Dicksonia, dan Dennastaedtia.
· Kebanyakan hidup di daerah tropika dan
beberapa jenis hidup di daerah beriklim panas.
· Rizoma besar, berguna sebagai bahan makanan
karena mengandung banyak pati.
· Pada batang dan tangkai daunnya terdapat
rambut-rambut panjang dan halus yang berguna sebagai bahan pembalut dan bahan
bantalan.
· Daun yang fertile tidak berbeda dengan daun
yang steril.
· Sporangium terletak dalam sorus dan termasuk
tipe gradate, kecuali Dennastaedtia sorusnya merupakan peralihan ke tipe
mixtae. Tiap sorus mempunyai indusium berbentuk seperti bibir. Sporangium
bertangkai dan berisi 64 spora.
h. Suku Polypodiaceae
· Suku ini sangat besar, memuat lebih dari 115
marga dan kira-kira 3.000 jenis.
· Habitusnya bermacam-macam sekali.
· Daunnya tunggal atau majemuk dengan bentuk dan
ukuran yang beragam.
· Rizoma merayap dengan ruas-ruas yang panjang,
jarang memperlihatkan batang yang nyata.
· Akar dan daunnya sering kali bersisik atau
berambut.
· Daun yang fertile sama dengan daun yang
steril, meskipun ada juga yang dimorfisme.
· Pada warga suku Polypodiaceae, sporangium
terkumpul manjadi sorus. Sebelum masak, sorus tertutup oleh selaputindusium.
Sporangium muncul dari tonjolan jaringan daun yang disebut reseptakulum.
Dinding sporangium memiliki suatu cincin/annulus yang terdiri atas sel-sel yang
menonjol keluar dengan penebalan pada dinding radial dan dinding dalam. Cincin
itu meliputi punggung, ujung, sampai bagian tengah sisi perut, sedangkan bagian
sisi perut yang sel-selnya tidak menebal disebut stomium. Annulus bekerja
melalui mekanisme kohesi yang dapat menyebabkan terbentuknya sporangium serta
terlemparnya spora melalui celah stomium.
· Sorus bentuknya bermacam-macam, letaknya
ditengah atau tepi daun, dan dapat pula pada urat-urat daun, berbentuk garis
memanjang atau membulat.
· Kadang-kadang sporangia menutupi seluruh
permukaan bawah daun yang fertile, bertangkai dengan annulus yang membujur
tidak sempurna. Jika masak, sporangium pecah dengan celah melintang.
· Indusium ada atau tidak ada, bila ada melekat
pada satu sisi saja atau dapat pula hanya berupa tepi daun yang melipat.
· Semua sorus bertipe mixtae, yaitu pembentukan
sporangium di dalam sorus tidak beraturan.
gambar: Pteridium
aquilinum
gambar: Nephrolepis
cordifolia
gambar: Oleandra
musifolia
gambar: Blechnum
patersonii
gambar: Dryopteris
arguta
gambar: Pteris
ensiformis
gambar: Adiantum
cuneatum
gambar: Anogramma leptophylla
gambar: Anthrophyum
formosanum
gambar: Polypodium
vulgare
3. Anak Kelas Hydropteris
· Berupa tumbuhan air atau tumbuhan rawa.
· Selalu heterospor, makro dan mikrosporangium
berdinding tipis, tidak berannulus, terdapat di pangkal daun pada sporokarpium
yang berdinding tebal.
· Makrosporangium menghasilkan makrosporayang
nantinya tumbuh menjadi makroprotalium dengan arkegonium. Mikrosporangium
menghasilkan mikrospora yang nantinya tumbuh menjadi mikroprotalium dengan
anteridium.
· Spora meliputi perisporium dengan bentuk
susunan yang aneh.
· Meliputi 2 bangsa, yaitu Marsileales dan
Salviniales.
a. Bangsa Marsileales
· Bangsa ini meliputi segolongan kecil tumbuhan
air yang hidup di paya-paya, dengan akar yang melekat di dasar atau di dalam
lumpur.
· Selalu heterospor, makro dan
mikrosporangiumnya berdindin tipis dan tidak mempunyai annulus.
· Sporangium terkumpul dalam sorus, semua sorus
dalam satu sporofil terdapat dalam sporokarpium.
· Terdiri dari satu suku yaitu Marsileaceae,
dengan cirri-ciri: batangnya merayap, kemudian ke atas membentuk daun-daun dank
e bawah membentuk akar-akar; daun bertangkai panjang; helaian daun berbelah
empat atau dua atau tanpa helaian daun; bertangkai atau tidak; bangun ginjal
atau bulat dengan dinding yang kuat.
· Mempunyai 3 marga yaitu: Marsilea, Pilularia,
dan Regnellidum.
gambar: Marsilea
vestita
b. Bangsa Salviniales
· Meliputi segolongan kecil tumbuhan paku air
yang hidupnya terapung bebas.
· Heterospor, sporangium terdapat di dalam sorus
dan termasuk tipe gradate. Sorus terdapat dalam sporokarpium. Tiap sporokarpium
mengandung 1 sorus yang hanya membentuk mikrosporangium dan makrosporangium
saja.
· Bangsa ini dibedakan menjadi suku, yaitu
Salviniaceae dan Azollaceae.
I. Suku salviniaceae
- Tumbuhan paku air yang mengapung bebas di
permukaan air.
- Daun berkarang, pada tiap-tiap buku terdapat 3
daun, dua di sebelah atas dan berhadapan serta merupakan alat pengapung,
sedangkan daun yang ketiga tenggelam. Daun yang tenggelam itu berbuku-buku dan
berbulu tebal serta mempunyai bentuk seperti akar, tetapi terdiri dari banyak
sel.
- Batang berupa rizoma, padanya terdapat saluran
udara.
- Sporokarpium terdapat pada buku-buku dari daun
yang tenggelam. Jumlahnya 4-20, letaknya merupakan barisan atau tandan. Bentuk
sporokarpium bulat panjang atau sedikit pipih. Dindin sporokarpium berasal dari
bahan basal indusium, yang tumbuh memanjang dan melengkung menutupi sorus.
gambar: Salvinia
natans
II. Suku Azollaceae
- Merupakan tumbuhan air yang mengapung bebas,
tetapi ukuranya sangat kecil, lunak dan bercabang-cabang.
- Daunnya hanya berukuran 1 mm saja, tersusun
berseling dalam dua baris. Tiap daun berbelah dua, bagian atas terapung karena
berisi ruang udara yang didalamnya terdapat koloniAnabaena yang
dapat mengasimilasi N2 dari udara.
- Daun bagian bawah hanya terdiri dari
lapis sel saja dan tidak berwarna, berfungsi untuk membantu penyerapan air dan
zat makanan.
- Akar terdapat di sisi bawah.
- Sporokarpium dibentuk pada cabang-cabang yang
pendek.
- Makrosporokarpium berbeda bentuk dan ukurannya
dengan mikrosporokarpium. Mikrosporokarpium bulat dan besar, sedang
makrosporokarpium bulat memanjang dan kecil.
- Mikrospora keluar dari mikrosporangium berupa
5-8 gumpalan yang diselubungi oleh periplasmodium dinamakan masula. Tiap
gumpalan berisi 8-2 mikrospora, dan pada masula tersebut terdapat semacam kait
yang disebut glokidium.
- Makrospora pada bagian atasnya membentuk alat
renang yang terisi udara, sehingga bisa terapung-apung. Oleh glokidium
makrospora dapat dikait hingga saling berdekatan
gambar: Azolla filiculoides
Daftar Pustaka
Rustaman, N dan S.
Redjeki.1994. Biologi 1 untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Penerbit Balai
Pustaka Jakarta
Smith, G.M. 1979.
Cryptogamic Botany (Bryophyta and Pteridophyta). Mc Graw-Hill, Inc. New York
Tjirosoepomo, G. 1998.
Taksonomi Tumbuhan: Scyzophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar